Minggu, 06 Juni 2010

SHALAT TAHAJUD

SHALAT TAHAJUD


Shalat Tahajud  adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu malam, dimulai selepas isya sampai menjelang subuh.
Jumlah rakaat pada shalat ini tidak terbatas, mulai dari 2 rakaat, 4, dan seterusnya.
A. Pembagian Keutamaan Waktu Shalat Tahajud
  1. Sepertiga malam, kira-kira mulai dari jam 19.00 samapai jam 22.00
  2. Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam 01.00
  3. Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai dengan masuknya waktu subuh.

B. Niat shalat tahajud:

Ushallii sunnatat-tahajjudi rak’ataini lillaahi ta’aalaa.

Artinya: “Aku niat shalat sunat tahajud dua rakaat karena Allah”


C. Doa yang dibaca setelah shalat tahajud:

Rabbanaa aatina fid-dun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa adzaaban-naar.

Artinya: “Ya Allah Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api neraka.”

Dalam hadits Bukhari dinyatakan, bahwa rasulullah jika bangun dari tidurnya di tengah malam lalu bertahajud membaca doa:

Allahumma lakal hamdu anta qayyimus samaawaati walardhi wa man fiihin, wa lakal hamdu laka mulkus samaawaati wal ardhi wa man fiihin, wa lakal hamdu nuurus samaawaati wal ardhi, wa lakal hamdu antal haqqu wa wa’dukal-haqqu wa liqaa’uka haqqun wa qauluka haqqun wal-jannatu haqqun, wan naaru haqqun, wan-nabiyyuuna haqqun, wa Muhammadun shallallaahu ‘alaihi wa sallama haqqun, waass’atu haqqun. Allahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa ‘alaika tawakaltu wa ilaika anabtu wa bika khaashamtu, wa ilaika haakamtu, faghfir lii maa qaddamtu, wa maa akhkhartu wa maa asrartu, wa maa a’lantu antal muqaddimu wa antal mu’akhiru la ilaaha illa anta aula ilaaha gairuka wa laa haula quwwata illa billah.

Artinya: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Engkaulah penegak langit dan bumi dan alam semesta beserta segala isinya. Bagi-Mulah segala puji, pemancar cahay langit dan bumi. Bagi-Mulah segala puji, Engakaulah yang haq, dan janji-Mu adalah benar, dan surge adalah haq, dan neraka adalah haq, dan nabi-nabi itu adalah haq, dan Nabi Muhammad adalah benar, dan hari kiamat adalah benar. Ya Allah, kepada-Mulah kami berserah diri (bertawakal) kepada Engkau jualah kami kembali, dan kepada-Mulah kami rindu, dan kepada engkaulah kami berhukum. Ampunilah kami atas kesalahan yang sudah kami lakukan dan sebelumnya, baik yang kami sembunyikan maupun yang kami nyatakan. Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan Tuhan ynag terakhir. Tidak ada Tuhan melainkan Engkau Allah Rabbul alamin. Tiada daya upaya melainkan dengan pertolongan Allah.”

D. Setelah itu, perbanyaklah membaca istigfar sebagai berikut:


Astagfirullaahal azhim wa atuubu ilaiih

Artinya: “Kami memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung dan kami pun bertaubat kepada-Nya”


E. Keutamaan Shalat Tahajud

Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

“Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Surga dengan selamat.” (HR Tirmidzi)

Bersabda Nabi Muhammad saw:

“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam.” (HR Muslim)

Selain itu, Allah sendiri juga berfirman:

Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji. (QS Al-Isra’: 79)


Dari Jabir r.a., ia barkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu setiap malam.” (HR Muslim dan Ahmad)

 “Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal itu tradisi orang-orang saleh sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah, menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR Ahmad)


F. Kiat Mudah Shalat Malam/Qiyamullail

Agar kita diberi kemudahan bangun malam untuk melakukan shalat malam, cobalah tips-tips berikut ini:
  1. Aturlah aktivitas di siang hari agar malamnya Anda tidak kelelahan. Sehingga tidak membuat Anda tidur terlalu lelap.
  2. Makan malam jangan kekenyangan, berdoa untuk bisa bangun malam, dan jangan lupa pasang alarm sebelum tidur.
  3. Hindari maksiat, sebab menurut pengalaman Sufyan Ats-Tsauri, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan.”
  4. Ketahuilah fadhilah (keutamaan) dan keistimewaan qiyamulail. Dengan begitu kita termotivasi untuk melaksanakannya.
  5. Tumbuhkan perasaan sangat ingin bermunajat dengan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
  6. Baik juga jika janjian dengan beberapa teman untuk saling membangunkan dengan miscall melalui telepon atau handphone.
  7. Buat kesepakatan dengan istri dan anak-anak bahwa keluarga punya program tahajud bersama sekali atau dua malam dalam sepekan.
  8. Berdoalah kepada Allah swt. untuk dipermudah dalam beribadah kepadaNya.
copy paste: www.AsianBrain.com

Adab dan Tata Tertib Berzikir

 Adab dan Tata Tertib Berzikir PDF Cetak E-mail
Imam Ghazali mengatakan ada empat (4) peringkat zikir.
a.  Dzikir hanya dengan lisan
b.  Dzikir dengan lisan disertai hati secara dipaksa-paksakan (takalluf)
c.  Dzikir dengan hati dan hadirnya pada lisan tanpa dipaksa-paksakan
d.  Dzikir yang benar-benar terhunjam kedalam hati sanubari sehingga orang yang berdzikir merasa tenggelam didalamnya.
Selanjutnya Imam Ghazali menjelaskan bahwa dzikir peringkat pertama sedikit manfaatnya lemah pengaruh dan bekasnya itu adalah dzikir dengan lisan tetapi hatinya lengah. Sudah tentu dzikir hanya dengan lisan tanpa disertai hati amat sedikit kegunaannya dan manfaatnya. Akan tetapi itu masih lebih baik daripada meninggalkan dzikir sama sekali.     Dengan demikian orang yang berdzikir dengan lisannya harus berusaha keras menghadirkan hatinya bersama lisannya yang sedang mengucapkan kalimah dzikir. Yang dimaksud dengan dzikir lisan ialah mengucapkan kalimah suci dengan lidah seperti mengucapkan : Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar, Laa haula walaa quwwata illa billah, membaca Asma’ul Husna, Tilawah Al-Qur’an dan sebagainya yang bersifat memuji kebesaran Allah. Sedangkan dzikir hati ialah tafakkur mengingat Allah, merenungi rahasia ciptaan-Nya secara mendalam dan merenungi tentang dzat dan sifat Allah Yang Maha Mulia, atau dalam hati selalu menyebut Allah (dzikir Ismuzat).
Orang yang berdzikir hendaknya mengindahkan tatakrama atau adab dalam keadaan yang sebaik-baiknya lahir maupun bathin.
Adapun adab-adab dzikir secara lahir adalah sebagai berikut :
  1. Seyogianya seseorang yang berdzikir itu hendaknya berkelakuan yang baik. Jika ia dalam duduk hendaknya ia menghadap kiblat dengan sikap khusyu’, menghina kan diri kepada Allah, tenang dan menundukkan kepala.
  2. Tempat berdzikir itu harus suci dan bersih terlepas dari segala yang membimbangkan perasaan.
  3. Hendaknya orang yang berdzikir itu membersihkan mulutnya sebelum ia mulai berdzikir.
Namun secara umum dibolehkan kita berdzikir dari segala keadaan sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an :
 (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali – Imran : 191)
Dan Firman Allah :
 “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (Q.S. An-Nisaa’:103)
Dengan demikian kita dibolehkan berdzikir dalam segala rupa keadaan kita, yakni baik dikala kita sedang duduk, dikala sedang berdiri dan sedang berjalan. Hanya dalam beberapa hal saja yang tiada disukai kita untuk berdzikir yaitu dikala sedang di WC, sedang berjima’, sedang mendengarkan khutbah dan sedang dalam keadaan sangat mengantuk.
Sedangkan adab-adab dzikir secara bathin adalah ;        
Seseorang yang berdzikir hendaknya ia menghadirkan hatinya dan menghayati makna dzikir itu dikala lidahnya menyebut kalimah dzikir. Berkata Al-Asnawy : “Barang siapa yang berdzikir tetapi lalai dari memperhatikan makna  tiadalah dipahalai dzikirnya itu”.
Didalam kitab Madarijus Salikin karya Ibnu Qayyim Al-Jauziah, dijelaskan bahwa :  Ada tiga derajat dzikir, yaitu :
1. Dzikir secara zhahir, berupa pujian, doa atau pengawasan.
Yang dimaksud zhahir adalah apa yang disampaikan lisan dan sesuai dengan suara hati. Jadi tidak sekedar dzikir sebatas lisan semata. Sedangkan pujian seperti Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallah wallahuakbar. Do’a seperti yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, dan hal ini sangat banyak jenisnya. Sedangkan pengawasan, seperti ucapan “Allah besertaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku”, dan lain sebagainya yang dapat menguatkan kebersamaannya dengan Allah, yang intinya mengandung pengawasan terhadap kemaslahatan hati, menjaga adab bersama Allah, mewaspadai kelalaian dan berlindung dari syetan serta hawa nafsu.  
2. Dzikir tersembunyi, yaitu membebaskan diri dari segala belenggu, berada bersama Allah dan hati yang senantiasa bermunajat kepada Rabb-nya.
Yang dimaksud tersembunyi disini ialah dzikir hanya dengan hati. Ini merupakan buah dari dzikir yang pertama. Sedangkan maksud membebaskan diri dari segala belenggu artinya membebaskan diri dari lalai dan lupa, memebebaskan diri dari tabir penghalang antara hati dan Allah. Berada bersama Allah artinya seakan-akan dapat melihat Allah. Senantiasa bermunajat artinya menjadikan hati bermunajat, terkadang dengan cara merendahkan diri, terkadang dengan cara memuji, mengagungkan dan lain sebagainya dari bermacam-macam munajat yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi atau dengan hati. Ini merupakan keadaan setiap orang yang jatuh cinta dan yang dicintainya.
3. Dzikir yang hakiki, yaitu pengingatan Allah terhadap diri hamba, membebaskan diri dari kesaksian dzikirmu dan mengetahui bualan orang yang berdzikir bahwa ia berada dalam dzikir.
Dzikir dalam derajat ini disebut yang hakiki, karena dzikir itu dinisbatkan kepada Allah. Sedangkan dzikir yang dinisbatkan kepada hamba, maka itu bukan yang hakiki. Allah yang mengingat hamba-Nya merupakan dzikir (pengingatan) yang hakiki. Ini merupakan kesaksian dzikir Allah terhadap hamba-Nya dan Dia menyebutnya diantara orang-orang yang layak untuk diingat, lalu menjadikannya orang yang senantiasa berdzikir kepada-Nya. Jadi pada hakikatnya dia orang yang berdzikir untuk kepentingan dirinya sendiri. Karena Allah lah yang menjadikan dirinya orang yang berdzikir kepada-Nya, lalu Allah pun mengingatnya. Orang yang berada dalam dzikir lalu dia mempersaksikan terhadap dirinya  bahwa dia orang yang berdzikir, merupakan bualan. Padahal dia tidak mempunyai kekuasaan untuk berbuat. Bualan ini tidak hilang dari dirinya kecuali jika dia meniadakan kesaksian terhadap dzikirnya.   
Didalam ajaran thariqat,  Syekh Muhammad bin Abdullah Al-Khani Al-Khalidi Naqsyabandi dalam kitabnya “Al-Bahjatus Saniah”, lebih jauh memperinci adab berzikir itu yang disesuaikan dengan pendapat Imam Sya’rani dalam kitabnya “Nafahatu Wa Adabuz Dzikri” sebagai berikut : Adapun adab berdzikir itu 20 (dua puluh) macam terdiri dari ; 5 (lima) macam sebelum berdzikir, 12 (dua belas) macam sedang berdzikir dan 3 (tiga) macam sesudah berdzikir.
5 (lima) macam adab sebelum berdzikir itu adalah :
  1. Taubat dari semua kesalahan baik perkataan maupun perbuatan dan kehendak. Barang siapa tidak tabuat, niscaya tiada sesuatu pun yang datang kepadanya.
  2. Mandi dan berwudhu. Abu Yazid Busthami bila hendak berdzikir, lebih dahulu berwudhu dan membasuh mulutnya dengan air mawar.
  3. Diam dengan perhatian terpusat kepada Allah, sambil mengucap “Laa Ilaaha Illallallah”.
  4. Sejak mulai berdzikir, hatinya terus-menerus berhubung an dengan Syeikh (Mursidnya).
  5. Berhubungan rapat terus-menerus dengan syeikh itu pada hakikatnya adalah lanjutan  dari berhubungan dengan Nabi Muhammad SAW., karena Syeikh harus dianggap washilah (perantara) diantaranya dengan Nabi Muhammad SAW.
12 (dua belas) macam adab ketika berdzikir adalah ;
  1. Duduk disuatu tempat atau ruangan yang suci seperti duduk dalam shalat.
  2. Meletakkan kedua telapak tangan keatas dua paha.
  3. Mewangikan pakaian dan tempat dengan minyak wangi.
  4. Memakai pakaian yang bersih dan halal.
  5. Memilih tempat yang agak gelap dan sunyi.
  6. Memejamkan dua mata, karena dengan mata terpejam itu, tertutup jalan-jalan panca indra lahir, sehingga mengakibatkan terbukanya panca indra hati.
  7. Menghayalkan rupa Syekh dihadapannya. Adab inilah yang paling keras tuntutannya dikalangan mereka.
  8. Benar dalam dzikir, baik sir maupun dzikir jahar.
  9. Ikhlas, yakni membersihkan amal dari campuran dengan sesuatu.
  10. Tidak berdzikir menurut sesuka hati, tetapi hendaklah mengamalkan lafaz dzikiir yang diajarkan Syeikh.
  11. Menghadirkan makna dzikir dalam hati, sesuai dengan tingkatannya dalam musyahadah, dan melaporkan sesuatu perasaan atau pengalaman selama berdzikir kepada Syeikh.
  12. Meniadakan (menafikan) semua yang ada ini dalam Qalbu, kecuali Allah, karena ia tidak menyukai sesuatu selain Allah dalam hati hamba-Nya.
Sedangkan 3 (tiga) macam adab setelah berdzikir adalah sebagai berikut :
  1.  Diam, dalam keadaan khusyu’ dan tawadhu’ (rendah hati) menunggu atau mengintip sesuatu yang akan tiba, sebagai akibat dari dzikir itu.
  2. Menghela nafas beberapa kali, supaya hati bersinar dan hijab cepat terbuka. Menarik nafas itu dapat memutus kan lintasan setan, dan dilakukan tujuh kali. Setiap kali, tarikan nafas itu lebih lama dari biasanya.
  3. Tidak boleh minum selesai berdzikir, karena minum sesudah berdzikir itu dapat memadamkan hati.

Adab - Adab Shalat Malam & Tahajud

Adab - Adab Shalat Malam & Tahajud

Filed under on 02:23

Mengambil petunjuk Nabi s.a.w didalam menunaikan sholat malam.

# Berniat Sholat Malam Ketika Menjelang Tidur

"Segala amal perbuatan itu berdasarkan niatnya."
HR. Bukhori (1) dan Muslim (1907).

"Barangsiapa mendatangi ranjangnya dalam keadaan berniat untuk bangun mengerjakan sholat di malam hari, kemudian ia tertidur hingga Shubuh, maka dituliskanlah untuknya pahala niat sholat malam tersebut, sedangkan tidurnya itu merupakan sedekah untuk dirinya dari Robbnya Azza Wajalla."
HR. Nasa'i (1786), Ibnu Majah (1344), dan Hakim (I/311).

# Berdzikir Ketika Bangun Tidur

Diriwayatkan dari Ummu Salamah bin Abdirrohman bin Auf bahwa ia berkata, "Aku pernah bertanya kepada Aisyah rodhiyallahu anha, 'Dengan apa Nabi s.a.w biasanya membuka sholatnya jika beliau bangun di malam hari?' Aisyah menjawab, 'Jika Nabi s.a.w bangun di malam hari, maka beliau membuka sholatnya dengan bacaan doa :
(yang artinya: Ya Alloh, Robbnya malaikat Jibril, Mika'il dan Isrofil, Pencipta langit dan bumi, serta yang mengetahui yang ghoib dan yang nampak, Engkau yang membuat hukum(untuk memutuskan perkara) diantara hamba-hamba-Mu mengenai apa yang mereka perselisihkan. Maka, berikanlah aku petunjuk akan kebenaran tentang apa yang diperselisihkan padanya dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada siapa saja yang Engkau kehendaki menuju jalan yang lurus."
HR. Muslim (770)

Imam Nawawi di dalam Al-Majmu' mengatakan, "Disunnahkan bagi setiap orang yang bangun untuk mengerjakan sholat malam agar mengusap wajahnya, bersiwak, serta memandang ke langit seraya membaca ayat-ayat akhir surat Ali 'Imron, yaitu, 'Inna fî kholqis samâwâti wal ardhi..
Hal ini berdasarkan pada hadits dari Rosulullah s.a.w yang disebutkan dalam Ash-Shohîhain."
Al Majmû' (IV/45).

# Bersiwak Ketika Hendak Sholat

Diriwayatkan dari Hudzaifah r.a. , bahwa Nabi s.a.w jika bangun untuk mengerjakan sholat tahajud di malam hari, maka beliau membersihkan mulutnya dengan menggunakan siwak.
HR. Bukhori (245) dan Muslim (255).

# Membangunkan Istri Untuk Ikut Sholat Malam

Diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa ia berkata : "Rosulullah sholallohu alaihi wassalam mengerjakan sholat malam, dan ketika beliau hendak witir, maka beliau berkata, 'Bangunlah dan kerjakanlah sholat witir, wahai Aisyah'."
HR. Bukhori (512) dan Muslim (744).

# Memulai Sholat Malam dengan Dua Roka'at Ringan

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. , bahwa ia berkata : " Rosulullah s.a.w itu jika bangun di malam hari untuk mengerjakan sholat, maka beliau membuka sholatnya dengan mengerjakan sholat dua rokaat ringan." HR. Muslim (767)

Diriwayatkan dari Zaid bin Kholid Al-Juhani r.a, bahwa ia berkata, "Aku pernah mengintip sholat malam yang dikerjakan Rosulullah s.a.w, dan ternyata beliau mengerjakan sholat dua rokaat ringan terlebih dahulu, baru kemudian mengerjakan dua rokaat yang panjang."
HR. Muslim (765).

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh r.a , bahwa nabi s.a.w bersabda :
" Jika salah seorang diantara kalian mengerjakan sholat di malam hari, maka hendaklah ia membuka sholatnya dengan dua rokaat ringan."
HR. Muslim (768).

Imam Nawawi mengatakan, " ini merupakan bukti mengenai kesukaan beliau agar bisa lebih giat dan bersemangat lagi pada rokaat - rokaat berikutnya (setelah dibuka dengan dua rokaat ringan)."
Shohîh Muslim bi Syarhin Nawawî (IV/54